Menyingkap Misteri 4 Penyebab Banjir Bandang

  

banjir bandang

Sahabat, musim hujan sudah datang, apa yang biasanya sering terjadi?  Biasanya akan ada banyak berita tentang banjir di televisi. Betul kan?

 

Sayangnya, melihat berita tentang banjir seperti bukan lagi berita baru. Ini karena banjir sudah jadi langganan dan sekaligus sebuah masalah yang tak pernah hilang di musim penghujan.

 

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat ada 464 kali banjir di Indonesia, termasuk banjir bandang setiap tahunnya di tahun 2019.  Banjir yang diikuti oleh longsor adalah bencana keenam yang paling sering terjadi di Indonesia dengan 32 kejadian setiap tahun. Tiga penyebab utama yang sering disorot dari banjir bandang dan longsor adalah hilangnya tutupan pohon, cuaca ekstrem, dan topografi daerah aliran sungai.

 

Mengingat banjir bandang adalah salah satu jenis bencana alam yang paling cepat datang dan tidak selalu bisa diprediksi, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk memahami dan mengenali penyebabnya.

 

Sahabat harus ingat bahwa banjir bandang tidak hanya terjadi di daerah jarang penduduk. Di wilayah perkotaan yang padat penduduk pun sangat memungkinkan dilanda banjir bandang. Karenanya, mari kita telusuri misteri penyebab banjir bandang ini.

 

Apakah Banjir Bandang Itu?

Sering mendengar istilah ini tetapi masih belum tahu pasti apa artinya? Cari tau yuk.

 

Banjir bandang terjadi ketika banyak air hujan mengisi area yang biasanya kering dalam waktu singkat dengan sedikit atau tanpa peringatan sama sekali. Ini adalah jenis banjir yang paling cepat datangnya dan bisa mengejutkan orang.

 

Banjir bandang terjadi akibat hujan sangat deras selama badai singkat dan intens. Banjir bisa terjadi dalam waktu beberapa menit atau beberapa jam setelah hujan turun. Banjir bandang biasanya dimulai dalam waktu 6 jam, dan seringkali dalam waktu 3 jam, setelah curah hujan yang sangat tinggi (atau penyebab lainnya).

Banjir bandang adalah jenis banjir paling berbahaya karena memiliki kecepatan luar biasa, membuatnya bersifat merusak dan sulit diprediksi.

 

Penyebab Banjir Bandang

Banjir bandang dapat disebabkan oleh beberapa hal, tetapi paling sering disebabkan oleh Intensitas curah hujan, lokasi dan distribusi curah hujan, penggunaan lahan dan topografi, jenis vegetasi dan pertumbuhan/kepadatan, jenis tanah, dan kandungan air tanah semuanya menentukan seberapa cepat banjir bandang dapat terjadi, dan memengaruhi di mana banjir datang.

Banjir bandang juga bisa muncul akibat pecahnya bendungan atau tanggul, dan atau tanah longsor (Aliran Puing).

 

Daerah perkotaan juga rentan terhadap banjir dalam waktu singkat dan, terkadang, curah hujan (dari badai yang sama) di atas daerah perkotaan dapat menyebabkan banjir lebih cepat dan lebih parah daripada di pinggiran kota atau pedesaan. Permukaan yang tidak dapat menyerap air di daerah perkotaan tidak memungkinkan air meresap ke tanah, dan air cepat mengalir ke tempat-tempat rendah.

  

1. Hilangnya Tutupan Pohon

 

Peranan yang signifikan dari tutupan pohon dalam menjaga keseimbangan hidrologi suatu daerah aliran sungai tidak dapat diabaikan, karena tutupan pohon memungkinkan tanah untuk terus menyerap air dengan baik. Kandungan tinggi bahan organik dalam tanah menciptakan pori-pori yang baik, sementara akar pohon memfasilitasi penyerapan air ke dalam tanah. Berkurangnya tutupan pohon dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hidrologi lokal dengan dampak negatif, seperti berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap curah hujan, sehingga air terperangkap di permukaan.

 

Sebagai contoh, penelitian Global Forest Watch (GFW) menemukan bahwa kehilangan tutupan pohon sebesar 887 hektar di Pegunungan Cyclops, Papua, antara tahun 2001 dan 2018, menyebabkan banjir di beberapa wilayah, termasuk Waibu, Sentani, dan Distrik Sentani Timur.

 

Studi GFW juga menyarankan bahwa dalam periode yang sama, Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang (Provinsi Sulawesi Selatan) dan Bengkulu (Provinsi Bengkulu) kehilangan tutupan pohon sebesar 1.990 hektar dan 11.400 hektar, masing-masing.

 

2. Cuaca Ekstrem

Banjir di Indonesia seringkali disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi, umumnya melebihi 100 mm per hari, dalam jangka waktu yang lama. Ketika banjir dan longsor melanda Kabupaten Jayapura di Papua, Sulawesi Selatan, dan Bengkulu, curah hujan harian mencapai 248,5 mm, 110-197 mm, dan 182-289 mm secara berturut-turut.


Faktor penyebab cuaca ekstrem di Sulawesi Selatan dan Bengkulu dapat dikaitkan dengan Oskilasi Madden-Julian, suatu fenomena alam yang meningkatkan kandungan udara lembap dan menyebabkan tingginya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Di sisi lain, diperkirakan bahwa konvergensi udara dan peningkatan awan, yang dipicu oleh tekanan udara rendah di utara Papua, berperan dalam meningkatkan intensitas curah hujan di Papua.

 

3. Topografi

Topografi adalah bentuk dan ciri permukaan bumi, termasuk fitur-fitur seperti pegunungan, lembah, sungai, dan dataran. Ini mencakup pengukuran dan pemaparan detail tentang elevasi dan bentuk permukaan suatu wilayah atau daerah.

 

Sahabat perlu tahu bahwa banjir juga dipengaruhi oleh topografi lokal atau kemiringan lereng. Sebagai contoh, di Kabupaten Jayapura, sebagian besar lereng di Pegunungan Cyclops sangat curam (>40%), memberikan kontribusi signifikan terhadap banjir kilat di daerah tersebut. Semakin curam suatu lereng, semakin cepat aliran air, dan semakin merusak banjir kilat.

 

Ketika topografi didominasi oleh lereng yang sangat curam, tanggul alam akan terbentuk. Mereka terbentuk ketika longsoran masuk ke celah antara dua bukit. Ini akan menghalangi aliran air sampai volume tertentu. Ketika tanggul alam tidak lagi dapat menahan air, air akan dilepaskan, membawa material di jalannya, seperti tanah, pohon, dan batu.

 

Topografi lokal juga harus menjadi penyebab banjir di Sulawesi Selatan dan Bengkulu, tetapi karena kemiringan lereng di kedua daerah aliran sungai tersebut sebagian besar datar (0-8%) hingga curam (25-40%), efeknya harusnya lebih kecil dibandingkan dengan topografi di Pegunungan Cyclops, di mana lerengnya sebagian besar sangat curam (>40%).

 

4. Perubahan Iklim

Salah satu penyebab banjir bandang ternyata dipicu juga oleh perubahan iklim. Loh kok bisaBagaimana perubahan iklim terkait dengan banjir?

 

Penjelasan ilmiahnya seperti berikut ya Sahabat. Seiring dengan perubahan iklim yang memanaskan atmosfer, udara dapat menampung 7% lebih banyak uap air untuk setiap kenaikan satu derajat Celsius dalam suhu. Ketika udara ini cepat mendingin, uap air berubah menjadi tetesan air yang bergabung membentuk hujan deras.

 

Hujan deras dalam waktu singkat dapat menyebabkan banjir bandang, sementara hujan sedang selama beberapa hari dapat menyebabkan sungai atau bendungan meluap. Negara-negara yang sudah lama berurusan dengan tingkat air tinggi telah memiliki waktu untuk beradaptasi, seperti Belanda yang telah menciptakan sistem pertahanan banjir paling canggih di dunia.

 

Namun, secara historis, daerah yang tidak pernah menghadapi hujan lebat mungkin belum sempat beradaptasi, akibatnya negara-negara ini lebih rentan terhadap banjir bandang. Selain itu, negara-negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur yang buruk kemungkinan besar kurang siap untuk mempersiapkan dan mencegah banjir, seperti Bangladesh, Haiti, dan Vietnam.

 

Fakta lainnya, sejalan dengan suhu bumi yang semakin naik akibat perubahan iklim, timbunan es di kutub juga terpengaruh. Peningkatan suhu mengakibatkan pelelehan es di kutub. Air laut naik karena dapat tambahan berton-ton bongkaha es yang mencair.

 

Antartika telah kehilangan sekitar 3 triliun ton es dalam 25 tahun terakhir, menyebabkan kenaikan permukaan laut global sebesar 8mm. Di masa depan, tingkat laut diprediksikan bisa naik hingga 5 meter. Tentu ini merupakan ancaman signifikan bagi kota-kota pesisir.

 
Kesimpulan

Sahabat, bisa kita sadari bahwa banjir bandang bukan hanya merupakan fenomena alam yang menghancurkan, tetapi juga pemicu kerusakan lingkungan dan dampak sosial yang mendalam. Kejadian ini mengingatkan kita akan urgensi perlindungan terhadap ekosistem alam, termasuk hutan dan topografi lereng, yang dapat memainkan peran kunci dalam meredam dampak banjir bandang.

 

Peningkatan kesadaran akan faktor-faktor yang memicu banjir bandang, termasuk perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan aktivitas manusia, menjadi krusial untuk mengembangkan strategi mitigasi yang efektif. Dalam menghadapi ancaman banjir bandang, langkah-langkah pencegahan, perencanaan tata ruang yang bijaksana, dan edukasi masyarakat tentang resiko dan tanggung jawab bersama perlu diperkuat. Melalui upaya kolaboratif ini, kita dapat berharap untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan lingkungan yang lebih lestari di masa depan.

 

Postingan ini diikutsertakan dalam eco literasi aksi melestarikan bumi, Challenge Eco 3Dop Ibuku Content Creator

 

 

Referensi:

  • 3 Main Causes of Floods in Indonesia and How to Prevent Them, Dede Sulaeman dan Hidayah Hamzah, 31 Juli 2019, WRI Indonesia
  • What Is A Flash Flood? A Civil Engineer Explains, Janey Camp, 2 Agustus 2022
  • Lyndsay Walsh, Climate Change and Flooding, 11 Januari 2023, Oxfam.org.uk

 

Post a Comment

0 Comments

advertise