“Berbulan-bulan menanti, berhari-hari teracuni, berjam-jam
duduk dan berdiri, dua jam menari, sebulan kemudian terdokumentasi.”
Hai, Anda berada di posting ketiga saya tentang konser
Taeyang di Jakarta. Ini cerita saya dari Surabaya menuju ke Jakarta. Tepat
sebelum konser Taeyang saya harus lembur dan benar-benar bekerja ekstra keras. Ada
pekerjaan penting yang harus selesai sebelum hari Jumat. Konser di hari Sabtu
dan di hari Kamis dari pagi sampai malam saya masih harus pergi ke sana kemari
mengurus pekerjaan dan hal lain.
Oh ya ada yang saya lupa ceritakan, sekiranya di Jakarta
saya akan bertemu teman baik saya. Saya sudah memberitahukan kepadanya tentang
rencana kedatangan saya. Dan karena tidak ada kabar berita darinya menjelang
konser saya memberanikan diri untuk bertanya kembali. Dulu dia dan pacarnya
yang membantu saya di Jakarta ketika saya nonton pertandingan amal sepakbola
tim Park Ji Sung dan Running Man melawan tim Indonesia all stars. Karena murid
saya yang akan ikut tidak mungkin saya tinggalkan seorang diri ketika saya
nonton konser jadi saya harus mencari “baby sitter” untuknya haha.
Baru saya tahu kemudian bahwa teman baik saya ini sedang ada
masalah dengan pacarnya (sekarang mantan pacar). Dia patah hati. Waduh..”tepat
sekali” momennya. Saya cemas dan sangat berharap paling tidak dia bisa
meluangkan waktu untuk menemani mantan murid saya. Untungnya dia bersedia.
H-1 saya baru menyiapkan apa yang saya bawa. Saya hanya
membawa tas jinjing dan tas kecil yang saya masukkan di dalamnya. Saya hanya
akan membawa sling bag yang mini berisi crown stick dan beberapa hal kecil
saja. Saya ingin jingkrak-jingkrak dengan bebas di konser. Tas jinjing akan
dibawa Dewi, si mantan murid itu. Sekitar pukul 19:00 kami meninggalkan rumah
dan bertaxi menuju stasiun Pasar Turi. Kereta akan berangkat pukul 20:45. Kami
tiba pukul 19:40 dan masih punya banyak waktu. Jadi saya memutuskan untuk
mengisi perut. Saya harus makan sebanyak mungkin karena keesokan harinya hal
besar yang melelahkan menunggu.
Saya membawa banyak buah untuk bekal di kereta karena saya
tidak suka roti dan saya makan mi instan sebelum kereta berangkat. Hebatnya
kereta udah masuk di stasiun pukul 20:00 ketika saya melahap mi instan panas
saya. Dengan sedikit tergopoh karena pikiran mulai kurang konsentrasi saking
inginnya sampai, saya menghabiskan mi segera dan masuk stasiun. Setelah mencari
gerbong, saya duduk manis dan Dewi mulai jeprat-jepret di dalam stasiun. Ini
adalah perjalanan panjangnya dengan kereta api.
Saya dan Dewi (berjaket merah) di dalam KA Ekonomi AC Kertajaya |
Kereta api ekonomi AC Kertajaya yang nyaman berjalan pasti
sampai Stasiun Pasar Senen Jakarta dan berhenti banyak sekali di
stasiun-stasiun. Padalah seingat saya pada perjalanan dengan kereta api yang
sama arah sebaliknya kereta sangat jarang berhenti. Nah inilah perjalanan
selama hampir 11 jam yang membuat saya duduk lama sekali. Lamanya saya duduk ini akan diganjar habis
dengan lama berdiri di konser J
Saya tiba di Stasiun Pasar Senen sekitar pukul 07:45.
Mengisi perut di warung sekitar Stasiun yang nasi dan harganya sangat amat mengecewakan.
Tapi penjualnya ramah sekali.
Oh ya masalah lain yang saya punya selain jatuhnya Air Asia,
teman baik saya yang patah hati, adalah banjir Jakarta. Saya sempat khawatir
jalan menuju stadion akan terganggu. Cuaca juga mendung romantic di pagi hari.
Wah… saya hanya bisa berharap dan berdoa semuanya lancar. Karena saya takut
jalanan akan macet maka saya memutuskan untuk naik Bianglala AC 44 jurusan
Ciledug – Blok M yang dulu juga saya naiki tapi dari arah Ciledug ke kota.
Pergi ke stadion Senayan dari Stasiun Pasar Senen mudah
sekali. Tinggal keluar stasiun dan menunggu Bus AC ini datang. Saya sangat
beruntung belum sampai 3 menit bus datang dan saya naik langsung ke bus setelah
titip pesan pada kenek untuk diturunkan di Senayan. Tarifnya Cuma naik 500
rupiah dari 6 bulan yang lalu saya terakhir naik. Dari 7000 rupiah ke 7500
rupiah. Saya memantau GPS untuk tahu seberapa jauh saya akan turun. Kami
melewati banyak tempat penting di kota. Sampai lewat Istana Negara dan juga
sisi Monas. Dewi bisa puas melihat kiri-kanan walaupun jendela bus tertutup
stiker besar. Sampai sekiranya mendekati Senayan sesuai GPS saya minta Dewi
untuk berdiri dan kami berdua mendekati pintu keluar.
Nah ini masalahnya, kondektur bertanya sesuatu yang saya
kurang dengar dengan jelas. Dewi mengiyakan, dia turun, saya ragu tapi tetap
turun. Dan tahukah Anda kami turun di mana? Di Kampus UNIKA Atma Jaya. What???
Loh masih jauh. Oh my god. Dari peta GPS sih tampak dekat tapi setelah dilihat
di sisi jalan raya dengan jembatan penyeberangan dan jembatan menuju halte
tunggu busway yang malang melintang itu saya puyeng juga!
Tapi, ketika “tersesat” yang penting tenangkan diri dan
berjalan saja. Saya berjalan sambal menengok haru smengambil arah mana. Yang
jelas harus jalan lurus tapi ke cabang jalan seberang. Masalahnya terpisah
gedung tinggi dan tidak mungkin diseberangi. Jadi setelah jalan sana sini, naik
turun jembatan penyeberangan sambal bertanya, karena saya tidak melihat papan
jalan ynag menunjukkan arah Senayan, kami sampai juga di Senayan. Kami berjalan
kurang lebih 30 menit berpeluh dan saya sedikit mengomel tapi tak berdaya. Dewi
juga merasa bersalah tapi tetap santai bahagia. Ah…pengalaman, jalan pagi di
Jakarta.
Sampai di kompleks Senayan yang sama dengan yang saya
kunjungi 6 bulan yang lalu saya bertanya di mana Tennis Indoor Senayan, jawaban
Pak Satpamnya, “Wah jauh banget Mbak. Jalan lurus ke arah pintu keluar belok
kanan lurus terus. Di pojokan hampir jalan habis nanti belok kanan masuk.” Baiklah,
saya akan berjalan lagi di tempat yang “jauh banget” itu. Saya mengabaikan
tukang ojek yang menawarkan jasa. Saya sudah pernah jalan 2,5 kali dari Taman
Bungkul sampai Pelabuhan Kalimas Surabaya yang jaraknya kurang lebih 30 km itu
jadi jarak yang bapak satpam bilang “jauh banget” itu pasti hanyalah jarak yang
“masuk akal”. Dan…ya jauh juga ha ha. Kami berjalan sekitar 20 menit. Dewi
ingin sekali berfoto-foto dan saya ingin segera sampai. Maaf Dewi, saya yang
berkuasa ha ha. Akhirnya kami sampai juga.
Begitu saya melihat umbul-umbul a.k.a banner Taeyang RISE Solo
Concert Jakarta 2015 langsung saya semangat. Oke..kita sudah sampai. Tennis Indoor
belum terlihat. Masih terlihat parkiran mobil yang belum banyak. Di banner
tertulis bahwa open gate jam 17:30 dan soundcheck pukul 15:30. Apa? Masih menunggu
6 jam lagi? Well… itu resikonya datang langsung dari stadion ha ha. Dewi sudah
lemas tak bertenaga karena dia masih lapar, ingin melarikan diri menikmati
keindahan Jakarta dan saya sibuk observasi keadaan sekitar.
Tennis Indoor Senayan itu, gedungnya, jelek. Tidak bagus. Oh
saying sekali. Paling tidak warnanya lebih cerah dan terlihat seperti venue
konser internasional lah. Saya melihat booth penjualan tiket. Saya menghampiri
dan melihat sosok yang sepertinya saya kenal. Ya, ada Tike Priatnakusumah si
selebriti itu yang juga membantu promotor. Sempat berniat ingin minta foto
bareng tapi..ah sudahlah batal saja. Saya menukarkan bukti pembelian tiket plus
surat kuasa plus KTP bos plus kartu kredit bos. Kemudian ditukar dengan tiket
asli. Dan kemudian saya masih membeli lagi tiket fast track yang dijanjikan
promotor akan bisa masuk lebih cpeat 30 menit. Harga tiketnya 300 ribu. Dengan
harapan masuk lebih awal berarti pandangan lebih jelas, saya beli juga tiket
fast track itu.
Fan yang datang saat itu tidak teralu banyak. Sebenarnya
sampai siang hari sekitar pukul 2 siang tidak terlalu banyak fans yang datang.
Pantas saja promotor mengeluh sepi. Saya kira akan membludak banjir penonton.
Tiket Konser |
Ticket box |
Dalam penantian mulainya konser menukarkan bukti donasi dengan kipas yang akan diangkat bersamaan di tengah konser itu. Saya cari panitia dan ketemu. Kipasnya ternyata benar-benar kipas kertas. Parahnya, dan kasiannya, kipas yang akan dibagikan pada penonton lain salah cetak. Kualitas kertasnya tidak bagus dan tipis. Panitia menjelaskan bahwa hanya separuh dari uang donasi yang digunakan. Sisa donasi digunakan untuk membeli souvenir untuk Taeyang. Menurut informasi, souvenir ini sudah dititipkan pada staf promotor dan semoga benar-benar sampai di tangan Taeyang. Jika dia menerimanya maka ada uang saya beberapa ribu di sana ha ha.
Bersama Dewi yang walaupun galau untuk urusan foto tetap eksis. Saya memegang hand fan kertas dari kegiatan donasi. |
Lama duduk berpanas ria sambal berusaha menghibur hati Dewi
yang galau, akhirnya waktu sholat Dhuhur datang. Saya sholat dan kami
beristirahat di dalam musholla yang Alhamdulillah dekat saja dari venue.
Bersebelahan langsung. Saya melihat beberapa staf juga sholat, staf YG tidak
ada yang muslim jadi tidak ada yang sholat, andai Taeyang sholat juga ha ha…harapan
semu se-semu-semunya wkwkwkwkwk.
Mengisi perut dengan nasi goreng enak porsi kecil, harga premium |
Sekitar pukul 12:30 saya menghubungi teman saya dan dia
menyanggupi akan mengantar Dewi jalan-jalan keliling Jakarta di sekitaran Monas
tentunya karena tidak ada lagi si pacar dengan mobilnya yang sebelumnya bisa
mengantarkan kami keliling-keliling. Ah untuk bantuannya ini saja saya sudah
berterima kasih sebesar-besarnya. Karena teman saya masih harus bekerja sampai
pukul 2 Dewi masih harus bersabar. Pukul 1 siang saya keluar dari musholla dan
saya makan di warung tenda dekat ticket box. Saya harus makan, harus ada energi atau jika tidak saya pingsan.
Pukul 2 kurang Dewi pamit mengojek untuk bertemu teman saya
dan saya melangkah masuk entrance gate. Dibandingkan acara Asia Dream Cup 2014
pemeriksaan tiket lebih baik. Tiket diperiksa dengan teliti dan barcode discan.
Tapi…pengaturan barisan kacau balau. Harusnya pihak panitia sudah memilah
penonton yang masuk ke dalam halaman venue. Banyak yang sudah mengantri dari
pagi termasuk kawan yang saya temui di teras Tennis Indoor. Mereka sudah datang
mulai jam 8 pagi. Duduk mengantri dan kemudian antrian buyar dan terjadi
ketegangan yang sangat tegang sebelum kami masuk.
Jadi, seorang staf keamanan berbadan tinggi besar sebut saja
Pak A, membawa megaphone dan berteriak-teriak yang tidak saya dengar. Fans
menggerombol di dekat sisi masuk menjauh dari teras. Rupanya mereka adalah
pemenang nonton soundcheck gratis. Saya dapat mendengar dari luar mereka teriak
histeris dari dalam venue dan saya mendengar suara musik dan suara Taeyang!
Masih belum percaya dia benar-benar datang.
Saya dan dua teman baru saya, bertemu dalam antrian menunggu konser dimulai |
Setelah penonton soundcheck keluar lagi tidak lama ada
kerumunan lagi. Ada 2 bule cewek Korea yang dikerumuni. Oh mereka ini adalah
staf dari fan club Taeyang di Korea yang membagikan kipas dan pin. Fans mengantri?
Oh hampir mustahil! Mereka dikerumuni dank arena tak berdaya akhirnya mereka tidak mau membagi dan meminta penonton mengantri. Mereka pindah tempat berdiri
dan saya ikuti saja. Saya ikut mengantri dan..saya dapatkan kipas dan pin-nya.
Langsung dari Korea. Hanya setelah beberapa orang sesudah saya, kipas dan pin
habis. Oh beruntungnya saya.
Kipas tangan atau lebih tepatny aplakat plastik dari Fan Group Taeyang asli dari Korea loh. Ini bagian depan dan belakang plakatnya |
Masalah muncul setelahnya. Tepat ketika kami harusnya masuk
setelah penonton soundcheck keluar. Saya tidak terlalu kecewa tidak nonton
soundcheck karena di jadwal jarak antar asoundheck dan open gate hanya 1.5 jam
jadi saya rasa soundcheck tidak akan lebih dari 30 menit. Dan benar saja
kira-kira janya 20 menit penonton yang beruntung itu bisa nonton Taeyang check
sound sebelum konser. Setelah mereka keluar penonton campur aduk lagi. Tidak
ada pemisah barisan dan petunjuk di mana penonton harus mengantri. Harusnya panitia
sudah membuat pembatas barisan untuk penonton berdasarkan kelasnya, terutama
yang punya tiket fast track. Oleh panitia dijanjikan yang ounya tiket fast track
bisa masuk 30 menit lebih awal. Nah tiket fast track ini dijual banyak sekali
untuk semua kelas kecuali VIP yang bernomor. Saya tidak tahu pasti siapa yang
dimasukkan terlebih dulu ke dalam venue oleh Pak A.
Pak A dengan megaphone yang suaranya tidak mega itu menyuruh
kami berbaris sambal berteriak fast track festival fast track festival. Kami
berbaris tabrak menabrak dan kemudiad dia bilang barisan dibagi dua. Kami
membagi diri jadi 2 barisan kiri dan kanan. Kami berdiri lama sekali. Petugas
menata barisan. Kelompok lain dari kelas lain juga dibariskan. Oh…bukankah
lebih adil dan rapi jika batas barian sudah ada jadi mereka yang sudah antri
dari pagi baik dengan atau tanpa tiket fast tracknya bisa duduk manis atau
berdiri tenang mengantri. Amburadul kami jadinya.
Petugas memeriksa bawaan kami karena makanan dan air minum
tidak boleh dibawa masuk. Dan pemeriksaan dilakukan sekitar hampir 40 menit
sebelum masuk dan saya serta penonton lain mulai haus. Saya rasa harusnya
sebelum masuk baru dicek sehingga paling tidak kami bisa minum dan menghimpun energi.
Kekacauan ini belum dimulai karena tidak lama ketika mulai
ada penonton yang dimasukkan ke dalam venue teriakan protes diteriakkan. Dari
yang saya dengar Pak A memasukkan barisan penonton yang tadinya penonton soundcheck
yang tidak punya tiket fast track. Entah bagaimana si mbak itu tahu tapi dia
beserta penonton lain jauh di depan saya memaki-maki protes. Dibentak kembali
oleh Pak A dan saling bentak dengan sengit terjadi. Intinya kami yang fast
track festival ini berhak masuk duluan tapi mengapa kelas lain yang tidak fast
track malah dimasukkan. Sampai gemetaran saya, antara ngeri dengar
bentak-bentakan itu, lemas berdiri, dan deg-degan ingin masuk.
Adu mulut ini
berlangsung sekitar 10 menit disusul protes-protes selama kurang lebih 10 menit
lagi jadi totalnya sekitar 20 menitan. Staf Taeynag dari YG Entertainment
sampai keluar dan dengan muka santainya ikut nimbrung bercakap-cakap mendengar
masalah. Saya tidak melihat dengan jelas tapi salut untuk si Mbak yang
berteriak dan membentak balik Pak A yang tidak adil itu.
Parahnya Pak A kemudian
mepersilakan barisan fast track festival barisan sisi kiri untuk masuk duluan,
tentu saja saya dan lainnya di barisan sisi kanan protes. Dia membagi barisan
yang awalnya satu baris jadi dua baris dan mengapa yang sisi kiri dimasukkan
duluan. Oh Pak A ini super menyebalkan. Akhirnya 2 petugas polisi yang seragam
dinasnya tidak sementereng Pak A dan kawannya datang. Ini baru adil. Dia
mempersilakan 5 orang dari sisi kiri masuk disusul 5 orang dari sisi kanan
begitu bergantian. Ah mengapa Pak A tidak berpikir dan hanya bisa berteriak
memekakkan telinga. Sebal!
Ketika giliran saya, saya masuk
melewati 1 pintu metal detector. 2 tiket tanpa diperiksa langsung disobek. Saya
berlari da nada petugas tepat di pintu masuk venue. Kepulan asap putih dari
pendingin udara menyeruak dan sudah banyak sekali orang di depan panggung. Saya
berdiri di sisi kanan panggung. Sisi tengah sudah penuh dan saya hitung saya di
baris ke empat dair depan. Ah lumayan piker saya. Lumayan atau tidak apapun
yang terjadi ya harus dinikmati. Inilah konser. Jika tak duduk di kursi
bernomor mungkin Anda akan di barisan depan atau di barisang belakang. Just
enjoy… itu pesan Christian Sugiono untuk penonton konser. Well..jika tidak
terjadi kehebohan barisan yang akan masuk venue sih saya masih enjoy. Tapi
ketika sudah di depan panggung saya tidak lagi ingat apa yang terjadi
sebelumnya.
Saya di dalam venue. Gambr blur karena saya sudah gemetaran gugup ha ha. Barisan kursi kuning di belakang saya adalah kursi untuk penonton tribun |
Tepat pilihan saya, sisi tribun VIP jauh di belakang. Panggungnya
kecil saja macam panggung Pentas Seni sekolah tapi giant screen di depan serta
di kanan dan kiri atas lumayan membantu. Cerita konser akan saya ceritakan di
posting saya keempat. Perlu Anda tahu, hanya menuliskan kembali ingatan saya
akan konser saja sudah membuat saya deg-degan lagi he he. Kegilaan ini…sungguh
konyol ha ha. Lanjut baca di post ini ya.
1 Comments
ya ampun niat bgt yah hihihiih
ReplyDelete