Cerita ini adalah cerita romantis favorit saya yang tak sengaja
saya temukan di mesin pencari google dengan kata kunci: short romantic story.
Benar-benar jenis cerita yang saya suka. Nah jika ingin mengetahui cerita
aslinya dalam bahasa Inggris klik di sini. Cerita yang akan Anda baca adalah
hasil terjemahan saya sendiri.
Alam
Pohon
Aku disebut pohon karena aku pintar melukis pepohonan. Aku
seringkali menggunakan gambar pohon di
pojok kanan media semua lukisan cat airku sebagai tanda pengenalku. I telah
mengencani 5 gadis ketika aku SMA. Ada satu gadis yang sangat aku cintai tapi
aku tidak punya nyali untuk berkencan dengannya. Dia tidak cantik, perawakannya juga tidak sexy,
tidak menawan juga. Dia hanya gadis biasa.
Aku suka dia. Aku sangat menyukainya. Aku menyukai
kepolosannya, kejujurannya. Aku suka kelucuannya, kepandaiannya, dan
kerapuhannya. Alasanku tidak
mengajaknya kencan adalah karena dia orang yang terlalu biasa dan bukan
pasangan yang pas untukku. Aku juga takut jika misalnya kami bersama maka semua
perasaan indah yang aku rasakan padanya akan menghilang. Aku juga takut
berbagai gosip akan terlalu menyakitkan untuknya. Bagiku jika dia adalah
pacarku, maka dia kana menjadi milikku selamanya dan aku tidak perlu
mengorbankan segala yang aku punya untuknya. Alasan terakhir, aku telah
membuatnya menemaniku di 3 tahun terakhir ini. Dia melihatku mengejar gadis-gadis
lain, dan aku telah menyakiti hatinya selama 3 tahun.
Dia sangat
ingin menjadi aktris yang baik dan aku adalah dsutradara yang cerewet. Ketika
aku mencium pacarku yang kedua, dia tiba-tiba menemukan kami. Dia sangat malu
tapi tersenyum dan berkata “Ayo lanjutkan,” sebelum dia berlari menjauh. Keesokan
harinya, matanya bengkak sebesar kenari. Aku sengaja tidak ingin berpikir apa
yang membuatnya seperti itu, aku menertawakannya sepanjang hari. Ketika semua
orang pulang, dia menangis sendiri di dalam kelas. Dia tidak tahu bahwa aku ada di sana baru saja
kembali dari latihan sepakbola (American soccer) untuk mengambil sesuatu. Aku
melihatnya menangis selama satu jama tau lebih.
Pacarku
yang keempat tidak menyukainya. Suatu ketika mereka berdua bertengkar.
Aku paham bahwa orang seperti dia tidak mungkin memulai pertengkaran itu. Tapi
aku tetap membela pacarku. Aku menghardiknya dan tampak di matanya dia sangat
terkejut dengan apa yang aku lakukan. Aku tidak peduli dengan perasaannya dan aku berlalu berama pacarku. Keesokan
harinya dia masih tertawa dan bercanda denganku seolah-olah tidak ada yang
terjadi sebelumnya. Aku tahu pasti dia sangat terpukul tapi dia tidak
tahu hatiku sakit sesakit hatinya.
Ketika aku putus dengan pacarku yang kelima, aku mengajaknya
keluar. Setelah sekali kami keluar bersama, aku berkata padanya bahwa ada hal
yang ingin aku katakan. Secara bersamaan dia juga berkata
bahwa ada hal yang ingin dikatakannya padaku. Aku bercerita bahwa aku telah
putus dari apcarku yang terakhir dan dia berkata padaku bahwa dia mulai
berkencan dengan seseorang. Aku tahu siapa orangnya. Anak laki-laki itu telah
mendekatinya selama cukup lama. Seorang yang penuh energi, bersemangat, dan
menarik. Usaha anak ini untuk mendekatinya telah menjadi gosip hangat di
sekolah.
Aku tidak
menunjukkan padanya betapa perih hatiku, aku hanya tersenyum dan mengucapkan
selamat padanya. Ketika aku sampai di rumah, rasa sakit hatiku tak
tertahankan lagi. Rasanya seperti ada batu besar yang ditindihkan ke dadaku.
Aku sesak tidak bisa bernafas. Ingin berteriak tapi aku tidak bisa. Air mataku
mengucur, hancur hatiku, aku menangis pilu. Berapa kali sudah aku melihatnya
menangis untuk laki-laki yang tidak menghargai perasaannya.
Ketika waktu kelulusan tiba, aku membaca sms di HPku. Sms
ini terkirim 10 hari yang lalu ketika aku menangis pilu. Aku tidak pernah
membacanya sejak kejadian itu. Sms itu berbunyi ”Daun pergi karena tiupan
angin. Atau karena pohon tidak pernah memintanya untuk tinggal.”
popcorn-hot-popcorn.blogspot.com |
Daun
Selama SMA
aku senang mengumpulkan dedaunan. Mengapa? Karena aku merasa ketika sebuah daun
meninggalkan pohon tempat ia bergantung sekian lama pasti membutuhkan
keberanian besar. Selama 3 tahun di SMA aku sangat dekat dengan seorang anak
laki-laki. Bukan tipe yang menyebalkan tapi tipe seorang sahabat. Tetapi
ketika ia punya pacar pertamanya, aku merasakan perasaan yang seharusnya bisa
kutampik, cemburu. Perasaan di hatiku masam tak semasam buah lemon, tapi
semasam 100 lemon busuk. Sangat masam melebihi batas. Mereka bersama selama 2
bulan. Ketika mereka putus aku menyembunyikan perasaan bahagiaku. Tetapi
setelah sebulan, dia bersama gadis lain.
Aku
menyukainya dan aku tahu dia menyukaiku. Tetapi mengapa dia tidak berusaha mendapatkan
hatiku? Karena dia mencintaiku mengapa dia tidak ingin bergerak lebih
dulu untuk mendekatiku? Setiap saat ketika dia punya pacar baru, hatiku sangat
sakit. Berkali-kali hatiku sakit. Aku mulai menyadari bahwa cintaku bertepuk
sebelah tangan. Jika memang dia tidak menyukaiku, mengapa dia memperlakukanku
sangat baik. Perlakuan yang tidak biasa diberikan kepada teman biasa. Menyukai
sesorang sangatlah menyakitkan. Aku tahu segala hal yang dia suka, Tetapi perasaannya
padaku tidak pernah aku ketahui. Tidaklah pantas seorang gadis menanyakan perasaan anak laki-laki padanya
kan?
Terlepas dari
masalah itu, aku masih ingin berada di sisinya. Peduli padanya,
menemaninya, mencintainya. Berharap suatu hari dia akan datang dan mencintaiku.
Aku menunggu telfonnya tiap malam, menginginkan dia mengirimiku sms. AKu tahu
sesibuk apapun dirinya dia akan memberikan waktu untukku. Hal-hal inilah yang
membuatku ingin menunggunya. 3 tahun adalah tahun-tahun tersulit yang harus
kulalui dan sungguh seringkali aku ingin menyerah. Kadang-kadang aku bertanya pada diriku sendir
apakah aku harus terys menunggu. Sakit hati dan dilema telah menemaniku selama
3 tahun.
Di akhir
tahun ketigaku, seorang adik kelas mulai mendekatiku. Setiap hari dia
berusahan mendekatiku tanpa kenal lelah. Dari penolakan terang-terangan sampai
saat ketika aku ingin memberikan kesempatan padanya telah memberikan jejak
kecil di hatiku. Dia seperti angin yang lembut dan hangat, mencoba untuk
menghembuskan daun pergi meninggalkan pohon. AKu sadar aku tidak ingin
memberikan sedikit jejak di hatiku. Aku tahu angin ini akan membawa daun yang
rapuh ini pergi menjauh ke tempat yang lebih baik.
Akhirnya aku meninggalkan
pohon, tetapi pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. Daun pergi
karena tiupan angin. Atau karena pohon tidak pernah memintanya untuk tinggal.
Angin
Karena aku menyukai gadis yang disebut daun. Karena dia
sangat bergantung pada pohon sehingga aku harus menjadi angin. Angin yang akan
meniupnya pergi dari pohon. Ketika aku pertama kali bertemu dengannya, itu
adalah tahun pertamaku setelah aku pindah sekolah ke sekolah baru. Aku melihat
gadis mungil memandangi seniorku dan aku bermain speak bola. Selama masa latihan, dia selalu duduk di sana.
Entah itu sendiri atau bersama teman-temannya yang memandangi seniorku. Ketika
dia berbicara bersama teman-temannya aku melihat kecemburuan di matanya. Memandanginya
menjadi kebiasaan bagiku. Sama seperti kebiasaannya melihat seniorku.
Suatu hari
dia tidak muncul. Aku merasa ada yang hilang. Aku tidak bisa menjelaskan
perasaanku, tak lebih dari rasa tidak nyaman. Seniorku juga tidak muncul. Aku
pergi ke kelas mereka, aku bersembunyi di luar dan aku melihat seniorku
menenangkan dia. Air mata bercucuran dari matanya ketika seniorku peri
meninggalkannya. Keesokan harinya, aku melihatnya di tempat biasanya,
memandangi seniorku. Aku berjalan ke arahnya dan tersenyum padanya. Aku
mengambil kertas kecil dan memberikan kepadanya. Dia sangat terkejut. Dia menatapku, tersenyum, dan menerima
kertas itu.
Keesokan harinya dia muncul dan memberikan aku kertas kecil,
kemudian dia pergi. Catatan itu berkata ”Hati daun terlalu berat dan angin
tidak bisa meniupnya pergi.”
Itu bukan
karena hati daun yang berat. Itu karena daun tidak pernah ingin meninggalkan
pohon.
Aku membalas
kertasnya dengan pernyataan tadi dan perlahan kemudian dia mulai mau bicara
denganku. Dia mau menerima kehadiranku dan menjawab teleponku. Aku tahu orang
yang dia cintai bukan aku. Tapi aku punya keyakinan bahwa suatu saat aku akan
membuatnya suka padaku.
Selama 4
bulan aku berulang kali menyatakan perasaanku kepadanya mungkin sudah 20 kali.
Setiap saat aku mengutarakannya dia selalu berganti topik pembicaraan. Tapi aku
tidak pernah menyerah. Jika aku sudah memutuskan aku menginginkan dirinya
untukku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan hatinya.
Aku tidak ingat lagi berapa kali aku sudah
menyatakan perasaanku padanya. Walaupun aku tau dia akan menghindar tapi aku
masih terus berharap. Berharap suatu saat dia mau jadi pacarku.
Aku tidak mendengar dia membalas ucapanku di ujung
telepon. Aku bertanya,”Apa yang kau lakukan? Mengapa kamu diam saja?”
Dia berkata,” aku menganggukkan
kepalaku.”
“Ah?” Aku tidak percaya pada apa
yang baru saja kau dengar.
“Aku menganggukkan kepalaku.” Teriaknya
Aku menutup
telepon, segera berganti baju, naik taxi dan bergegas menuju rumahnya. Aku
memencet bel rumahnya. Ketika dia membuka pintunya aku langsung memeluk erat
dirinya. Aku membalas
kertasnya dengang pernyataan tadi dan perlahan kemudian dia mulai mau bicara
denganku. Daun pergi karena tiupan angin. Atau karena pohon tidak pernah memintanya
untuk tinggal.
Diterjemahkan dari http://www.yourlifehappiness.com/love_lovestory23.html
0 Comments