Sahabat sudah tau kan manfaat sunat untuk kesehatan? Di artikel ini saya bahas tentang pentingnya sunat saat bayi. Nah sekarang saya
ceritakan pengalaman saya pribadi yang Alhamdulillah berhasil menyunat anak
saya, baby A yang saat itu berusia 3 bulan.
Wih, ngga kasian anaknya kah? Kenapa memutuskan nyunat anak
di “usia dini”?Prosesnya gimana? Biayanya berapa? Sunatnya model apa? Yuk saya
kupas satu-satu di artikel ini.
Sunatan di Usia Dini
Seperti yang saya ulas sebelumnya, sunat di usia dini
kebetulan sudah menjadi kebiasaan di keluarga suami. Suami saya usia sekitar 6
bulanan disunat. Sementara ipar, alias kakak suami saya disunat di usia di
bawah 1 tahun karena waktu itu ada masalah kesehatan.
Ibu mertua pun mewanti-wanti untuk selalu menjaga kesehatan
kelamin baby. Setelah lahiran pun kelamin baby jadi perhatian karena takut ada
masalah yang bisa mempengaruhi kesehatannya.
Sudah tahu kan jika bentuk kelamin baby A yang ujungnya
masih belum terbuka sempurna biasanya jadi tempat berkumpul bakteri dan ini
kemudian memicu demam, lalu baby sakit? Peradangan atau infeksi ini disebut
balanitis.
Kebetulan si baby sedang sakit, bapil, lalu demamnya cukup
mengganggu. Saya konsultasikan ke dokter spesialis anak langganan saya. Setelah
diperiksa, saya diberi obat bapil dan disarankan untuk sekalian menyunat baby.
Bentuk kepala penisnya mengkhawatirkan alias cukup menutup dan resiko
peradangan ada. Jadi demam berulang bisa terpicu karena ini. Sunat adalah jalan
untuk mengurangi resikonya.
Sunat dan BPJS
Sunat adalah salah satu tindakan medis yang TIDAK dicover
BPJS jika dilakukan tanpa rekomendasi atau rujukan dari dokter. Sunat untuk
orang yang sehat, tanpa riwayat sakit atau indikasi medis tidak dijamin BPJS.
Ya kan semacam Tindakan untuk koreksi bagian tubuh lah
gampangnya. Yang seperti ini tidak ditanggung oleh BPJS, seperti pemutihan
gigi, pasang kawat dll yang masuk urusan estetika.
Untuk kasus baby A, semua ditanggung BPJS karena ada
indikasi medis dan saya dibekali rujukan oleh pak dokter spesialis anak. Jadi,
sudah jelas ya Sahabat, selama tidak ada indikasi medis sunat TIDAK ditanggung
BPJS. Sementara jika ada indikasi medis dan dilakukan atas perintah dokter,
maka sunat BISA ditanggung BPJS.
Sunat Mandiri vs Sunat BPJS
Nah untuk yang penasaran seperti apa sunatan baby A, akan
saya jelaskan detilnya di sini ya. Sebelumnya saya jelaskan dulu berdasarkan
pengalaman tentang bedanya sunat mandiri dan sunat di rumah sakit, selain dari
faktor biaya ya tentunya.
Sunat Bayi Mandiri
Saya jelaskan dulu ya Sahabat. Pada sunat yang biasa, yang
dilakukan secara mandiri alias bayar sendiri, ada beberapa metode sunat yang
bisa dipilih oleh ortu. Biasanya ada paket sunat yang bisa dipilih, disesuaikan
budget dan disesuaikan umur anak.
Saya pernah cek dan berkonsultasi di salah satu rumah sunat
yang cukup terkenal di Singosari, Malang tentang metode sunat dan biaya sunat.
Di rumah sunat ini tindakan dilakukan oleh dokter yang tergabung dalam ASDOKI (asosiasi
dokter khitan Indonesia). Jadi para dokter walau dokter umum, punya kompetensi
sunat khusus.
Nah, umumnya di masyarakat sunat dilakukan oleh calak, mantri,
ada juga bidan yang menerima sunat. Keponakan saya, beberapa orang disunat oleh
mantri. Saya pribadi, sebelum kemudian menyunat baby A di RS, sudah merencakan
untuk menyunatkan anak di dokter.
Mengapa pilih dokter? Ya buat saya sunat itu sebuah tindakan
medis. Walau secara tradisi dan entah dari abad ke berapa sunat bisa dilakukan
oleh calak alias tukang sunat tradisional, dan kemudian dilakukan oleh mantri
dengan peralatan yang lebih modern, tetap bagi saya dokter punya kompetensi
yang lebih baik dan sesuai bidang. Terutama dokter yang masuk di ASDOKI ya.
Sunat Baby A via BPJS
Oke, sekarang lanjut ke proses sunat baby A ya. Jadi,
setelah saya diberikan memo oleh dokter untuk langsung ke IGD. Jadi ada semacam
catatan pengantar untuk tindakan operasi sunat pada bayi.
Oleh dokter spesialis anak saya sudah diinformasikan bahwa
dokter yang menanganinya nanti adalah dokter bedah plastik. Wow, dokter bedah
plastik? Lah ngga kalah sama artis drakor dong?
Ini bisa jadi berbeda ya Sahabat di tiap rumah sakit. Di
rumah sakit langganan, yang juga menerima BPJS, ada dokter bedah plastik, jadi
baby A ditangani oleh beliau.
FYI, dari referensi yang pernah saya baca, sunat bukan
sekadar sunat yaitu Tindakan menghilangkan kulit penutup pada penis. Sunat
adalah sebuah tindakan yang juga memperhatikan aspek estetika. Jadi ini mungkin
salah satu alasan mengapa dokter yang melakukan tindakan adalah dokter bedah
plastik.
Lalu, bayi A juga perlu menginap semalam di rumah sakit
sambil diobservasi. Mengingat tindakan operasi dilakukan oleh dokter bedah
plastik, dan dilakukan di rumah sakit, jadi ya si baby masuk ruang operasi.
Jujur ini saya ngga ada bayangan sebelumnya, padahal kan ya begitu harusnya ya.
Masa iya disunat di ruang periksa dokter, walau ada bayangan seperti ini.
Proses Sunat Baby A
Di tanggal 23 Novemver 2021, tepat menjelang 3 bulan suai
baby A (kurang 7 hari), ia resmi sudah disunat. Yaay, Alhamdulillah.
Lika-likunya seperti apa? Cekidot ya.
Tindakan di IGD
Setelah mendapat surat pengantar dari dokter spesialis anak,
saya ke IGD. Saya dapat surat pengantar di hari sebelumnya, jadi ada persiapan
untuk ke rumah sakit. Saya hanya
diinfokan oleh pak dokter bahwa nanti harus menginap untuk observasi, tidak
langsung pulang. Jadi saya siapkan baju dan popok sekali pakai untuk baby A.
Jujur, saya tidak tahu jika baby A menjalani proses operasi seperti pasien
operasi pada umumnya.
Jadi, sampai di IGD baby A diterima oleh dokter jaga. Difoto
penisnya dan para perawat sibuk mempersiapkan proses ambil sampel darah, tes
antigen, dan pasang infus. Loh, pasang infus? Lah iya, saya juga baru ngeh.
Ketika suami sibuk mengurus dokumen rawat inap dan Tindakan
operasi, saya sibuk menenangkan baby A yang tidak nyaman di tempat baru. Lalu,
saya diminta keluar karena baby akan dipasang infus. Mungkin makin dilihat si
emak bakal ngga tega, jadi diminta keluar ruangan IGD.
Dari depan pintu IGD terdengar tangisan histeris baby A.
Inilah proses paling berat dan menyayat hati. Yang paling parah, si baby harus
puasa juga. Lha saya ngga tahu loh. Jadi dia nangis karena takut, ngga nyaman,
dan kesakitan.
Obatnya satu, nenen. Tapi saya ngga boleh nenenin baby A
karena Tindakan operasi dilakukan sore hari. Saat itu menjelang tengah hari.
Wadidaw, dia nangis ngamuk dan saya cuma bisa menenangkan.
Sementara itu, payudara mulai kencang karena ASI siap
dihisap, penerima ASI sangat butuh nenen tapi ngga boleh. Sungguh dilema yang
wow.
Oh ya, baby A diinfus di bagian kaki. Saya kurang tahu
pertimbangannya, tapi mungkin agar mudah ketika dia harus menyusu. Yang jelas
setelah infus terpasang, saya dipanggil, saya gendong dan tenangkan, sampai
akhirnya baby A tertidur, karena capek nangis. Hiks.
Pindah Kamar Perawatan
Sesudah menghebohkan IGD dengan tangisan kencangnya, baby A
pindah ke kamar perawatan. Operasi dilakukan jam 6 sore. Sekitar jam 16.30 sore
baby A akan dipersiapkan menuju ruang operasi. Jadi saya punya waktu sekitar
4,5 jam untuk menenangkan baby A.
Ketika terbangun tentu dia menangis, pengen nenen tapi ngga
bisa. Dan saya yang sudah basah di bagian dada karena waktu menyusui tiba, ngga
kepikiran bawa pompa ASI.
Perawat menyarankan saya memberikan empeng agar baby A
tenang. Nah ini, saya ngga pernah punya empeng karena baby A nenen langsung ke
pabriknya. Saya juga tidak membawa pompa ASI jadi bau ASI makin menggodanya dan
baju saya mulai kerembesan ASI. Jadi, Sahabat harus siap pompa ASI dan empeng
ya.
Suami saya keluar rumah sakit untuk mencari empeng. Selagi
menunggu si bapak kembali, seperti biasa percakapan antara pasien pun terjadi.
Dari kamar lain, dua orang orang tua mendatangi saya dan menanyakan apa yang
terjadi pada baby A.
Saya bilang baby A sunat. Reaksinya? Oh sungguh tidak
mengenakkan. Intinya semua pada kasihan dengan baby A dan menatap saya dengan
pandangan seolah-olah berkata, “Kok tega sih emaknya ini?!”
Well, memang berat jadi ibu. Melihat baby A yang mewek juga
bikin saya galau, tapi saya niatkan itu demi kesehatan baby. Orang lain bisa
banyak berkomentar, tapi kalo pas sakit emang mereka yang urus anak saya, kan
ngga. Jadi ya lupakan saja. Niatnya demi kesehatan baby A, wis itu aja.
Tak lama suami saya kembali. Empeng gagal didapat karena
tidak ada yang sesuai usianya. Lalu dengan izin Allah dan kekuatan teknologi,
saya berhasil membeli empeng secara online dari apotek dekat rumah sakit.
Untuk pertama kalinya baby A ngempeng pakai empeng buatan.
Dia langsung tertidur pulas. Sayangnya hal ini tidak bertahan lama. Ketika ia
mulai rewel, empeng sudah tidak bisa jadi obat nenen. Baby A agak rewel, lapar,
tapi harus puasa.
Saya tenangkan sekuat usaha sambil menunggu waktu operasi.
Tepat jam 16.30 perawat masuk dan kami pun menuju ruang operasi.
Baby A di Ruang Operasi
Baby A pakai baju operasi. Bajunya kegedean tapi dia nyaman aja alhamdulillah |
Semuanya seperti flashback ketika saya melahirkan
baby A. Di ruangan yang sama, dengan aroma dan keheningan khas ruangan operasi.
Bahkan Baby A dipakaikann baju operasi dan pakai penutup kepala juga loh. Lucu
banget sih karena bajunya kegedhean ha ha.
Sebelum tindakan, baby A di ruang tunggu pra-operasi. Di
sini pasien ganti baju dan lepas perhiasan. Untuk baby A dia pakai baju oeprasi
dan pakai penutup kepala. Dia pasien pertama yang akan ditindak petang itu.
Tak lama menunggu dokter bedah plastik datang. Beliau
menyapa dengan ramah dan melihat penampakan penis baby A. Tepat di saat baby A
pup, ahahaha. Segera dokter memanggil perawat, lalu saya diminta menunggu di
luar.
Saya menunggu di luar ruang operasi bersama suami. Sambil menghilangkan kecemasan saya banyak berdoa dan membaca sejenak novel remaja lewat aplikasi baca novel di gawai saya.
Sekitar 15
atau 20 menit operasi berjalan. Lalu saya dipanggil di ruang pasca operasi.
Baby A menangis dengan kencang sambil sesenggukan. Saya diminta untuk menyusui
baby A.
Wuih baby A langsung menyerbu sampai tersedak, saking lapernya,
saking butuhnya. Mungkin dia pun bingung-bingung. Jadi sama seperti operasi cesar,
setelah operasi bisa makan dan minum. Alhamdulillah berjalan lancar.
Saya ditunjukkan bagian kulit yang dipotong. Bagian ini
dimasukkan dalam tabung plastik bening kecil. Kalau ikut adat dikubur bersama
ari-ari, tapi saya tak ikut yang begituan jadi seingat saya dibuang suami entah
di rumah sakit atau di rumah, saya lupa.
Pasca Operasi
Foto kiri: Baby A di ruang pemulihan, tertidur setelah nangis dan nenen Foto kanan: Baby A di rumah. Nyaman dan perawatan terbaik oleh rumah sakit |
Jadi setelah operasi, penis baby A terlihat pendek, seperti
dipotong setengahnya. di sekeliling bekas “potongan” diberi perban. Baby A
dipakaikan underpad yang diikat menelangkup seperti popok.
Alhamdulillah dia tidak menangis kesakitan sedikit pun.
Tidur nyenyak, nenen lancar. Hanya saya yang berjaga mengganti underpad yang
mudah bocor dan penuh karena cairan dari infus membuat baby banyak pipis.
Tidak ada kesulitan berarti, hanya perlu membuat baby
nyaman. Itu saja. Untuk luka juga tidak diberi apa-apa. Obat juga tidak ada.
Keesokan harinya kami pulang sekitar jam 06.30 dan untuk
sehari-hari baby bisa memakai popok asal ukurannya lebih besar dan dipakaikan
agak longgar. Kami beli ukuran M dan tidak memakaikan celana dulu.
Bagaimana kabar baby A pascaoperasi? Sehat dan ceria. Tidak
mengeluh kesakitan sama sekali padahal saya yang melihat bekas operasinya saja
ngeri.
Perban saya biarkan lepas dengan sendirinya. Kira-kira di
hari ketiga, perban sudah lepas dan sayatan pada bagian atas penis terlihat
mulai menutup dari yang sebelumnya menganga lebar.
Baby A Kontrol Pascaoperasi
Setelah operasi, baby A control ke dokter bedah plastik lagi.
Tepat seminggu setelah operasi.
Kami diterima oleh para perawat yang kemudian memeriksa dan
membersihkan bekas tempelan perban pada sekitar penis baby A. Saya diajarkan
cara membersihkan kotoran dari bekas perban, seperti kerak putih yang mudah
saja diusap langsung hilang. Lalu saya diberi salep yang dioleskan tipis ke bagian
bekas operasi. Baby A nyaman, tenang, dan tidak rewel selama proses pemeriksaan
dan sesudahnya.
PascaOperasi Sunat
Hal yang sangat memudahkan saya sebagai orang tua adalah mudahnya
perawatan sunat pasca operasi. Baby A pun tidak rewel sama sekali. InsyaAllah
tidak kesakitan juga.
Ini bisa jadi pertimbangan Sahabat untuk segera menyunat
buah hati. Tidak repot pakai celana sunat, dan lain sebagainya. Semuanya mudah
dan lancar. Alhamdulillah.
Saya tidak menggelar acara syukuran atau acara sejenisnya.
Buat saya sunat adalah sebuah kewajiban dan perkara medis yang biasa saja
terjadi. Tapi, mertua saya membuatkan jenang merah putih untuk diberikan ke
tetangga kiri-kanan-depan rumah. Yes, hanya sewadah jenang sederhana saja.
Alhamdulillah, mengutip pernyataan perawat poli bedah, “Wis
dadi lanang sejati yo le” (Sudah jadi cowok sejati ya Nak). Saya sangat
bersyukur semua proses berjalan baik dan sangat berterima kasih pada para
dokter, perawat, BPJS dan pihak lain yang sudah membantu.
Kesimpulan
Sahabat sangat perlu mempertimbangkan sunat pada usia anak
yang masih muda. Anak yang semakin besar, semakin tahu proses operasi. Lalu ia
biasanya makin takut, makin dibully jika belum sunat dan makin ditakut-takuti.
Sunat memang lebih baik dilakukan saat anak masih bayi. Teruntuk
anak berkebutuhan khusus (ABK) pasti butuh usaha ekstra untuk menyunatnya
ketika besar. Karenanya sunat paling tepat dilakukan saat bayi, lebih cepat lebih baik.
Oh ya satu lagi, pemulihan pasca sunat untuk bayi juga
tergolong cepat. Ini bisa menjadi pertimbangan besar bagi Sahabat. Bayi belum
banyak bergerak dan juga belum perlu berkegiatan. Jadi ia bisa pulih cepat dan
sehat.
Yang terpenting, harap diingat, sunatan gratis yang
ditanggung BPJS adalah yang sudah punya rujukan atau ada indikasi medis dan disarankan
oleh dokter. Biaya sunat mandiri bisa ditanyakan ke tujuan sunat Ananda ya
Sahabat.
22 Comments
Aku baru tahu seperti ini proses sunat kalau di dokter bedah, ya. Biasanya aku ke dokter umum aja
ReplyDeleteSayapun shock wkwkwk
DeleteMbak..huaa kalau di dokter biasa menerima sunat bayi ga ya? Soalnya setahuku metode sunat skrg udh canggih2 ada yang laser gt ga sih? Aku tuh krmn kan hbs bedah jg mayan teler krn hrs puasa, cek lab ini itu, antigen dan diinfus. Ibaratnya kalau bayi bs sunat tanpa dibedah apakah ada?
ReplyDeleteEr...sunat ini InsyaAllah kan operasi kecil ya, nah karena saya di rumah sakit dan lewat rujukan jadi ..maybe ya harus menjalani serentetan acara persis kek operasi besar.
DeleteInsyaAllah kalo di dokter yang spesialis sunat, prosesnya cepet kok. Pilih yang ASDOKI mba :)
selamat yaa adik bayi udah disunat alhamdulillah, memang sihya gerak bayi masih terbatas masih banyak bobo ya kalo rewel juga tinggal gendong dan susuin
ReplyDeleteMakasiii aunty :) sekarang udah 14 bulan anaknya
DeleteJadi sunat juga bisa pakai BPJS kalau dilakukan atas rekomendasi atau rujukan dari dokter ya mba. Noted banget nih. Keren banget baby A umur 3 bulan udah sunat
ReplyDeleteBetul Mba, alhamdulillah sekarang jadi babya gemol yang ginak ginuk he he
DeleteWuh, baca prosesnya aja aku tahan naoas, Mbaaak, haha.. Anakku disunat pas umur hampir 3 tahun sih, alhamdulillah dia nggak behitu rewel. Tapi untuk sunat diusia muda, memang butuh persiapan mental orang tua juga yah, Mbak. Bukan sekadar ikut²an.
ReplyDeleteSelamat sudah sunatin anaknya Mba, usia 3 tahun pun oke lah. Ponakan saya aja kelas 4 SD makin takut sunat ha ha
DeleteAku yang bayangin jadi ngilu mom, pas baby perempuan disunat baru lahir, aku sengaja gak lihat dan gak dengar. Gak tega rasanya Nah, anak laki laki sekarang udah usia 5 tahun. Usia SD nanti disunat
ReplyDeleteSemoga lancar sunatannya dan segera mau disunat hihi
Deletesaya baru tahu nih kalau sunat bisa menggunakan BPJS, memang betul sunat saat anak kecil meminimalisir trauma pada anak dan lebih mudah penanganannya, kalau anak saya kemarin pas 6 tahun baru disunat
ReplyDeleteIya Mba, jadi sunat juga tindakan yang dibutuhkan untuk alasan kesehatan sesuai rujukan dokter. Jadi ya...bisa pakai BPJS
DeleteHebatnya baby A udah sunat 😍 emang lebih sehat ya ternyata, mulai banyak liat orang tua sunat anak dari bayi. Semoga sehat2 selalu baby A ...
ReplyDeleteAamiin...terima kasih banyak aunty 💋
DeleteSaya baru tahu kalau ternyata BPJS bisa buat sunat bayi juga ya. Setuju banget ya sunat itu dilakukan masih bayi lebih mudah diurusnya dan anak tidak merasa takut juga ya mba
ReplyDeleteDia nangis kejer cuma pas dipasang infus, karena tempat asing, sama orang asing dan ada sakit. Trus karena laper tapi ngga bisa nenen. Selebihnya ketawa bahagia aja dia Mba .. Alhamdulillah
DeleteAnak aku juga disunat usia masih bayi, wktu itu usia 2 bulan awalnya rada khawatir jadi rewel ternyata engga lho. Alhamdulillahnya juga cepet sembuh
ReplyDeleteTerasa bangett sedih dan bingungnya saat anak menangis dan ternyata harus puasa, Mbak. Tapi alhamdulillah sunatan bisa berjalan dg lancar, ya.
ReplyDeletePinter banget babynya, kecil kecil dah disunat. Anakku yang cowok sunatannya pas usia 5 tahun mbak, alhamdulillah gak nangis hihii btw alhamdulillah sunatannya lancar ya mbak
ReplyDeleteJadi lega ya kalau anak udah sunat gini. Apalagi di usia masih bayi. Pastinya gak kerasa dibanding anak yang udah gedean baru disunat.
ReplyDelete