Salah satu pembahasan paling seru adalah tentang kuliner. Menyoal tentang makanan serasa tidak ada habisnya. Ada saja cerita yang bisa dibagi karena keragaman makanan yang luar biasa.
Cerita saya kali ini
bermula dari kerinduan akan nikmatnya nasi hangat disanding dengan sepotong
bebek goreng besar yang dilengkapi dengan sambal nikmat Ah, menuliskannya saja
membuat saya terbayang-bayang. Sungguh kangen rasanya menyantap seporsi nasi
bebek dan es teh manis.
Nasi Bebek, Kuliner Nostalgia Terenak
Setiap orang pasti punya makanan kenangan yang
mengikat memori ke masa lalu. Saya pun begitu. Kenangan almarhumah mama selalu
lekat dengan nasi bebek. Ini adalah salah satu makanan favorit beliau.
Di zaman sekolah dulu, penjual nasi bebek yang enak cuma satu di tempat saya tinggal. Entah berapa banyak sebenarnya yang berjualan, pokoknya yang enak ada di Embong Tekuk, tikungan menuju pusat kota. Aroma jahe terasa kuat tetapi nikmat, pas sekali melapisi daging bebek yang sudah dipotong dan dikelompokkan berdasarkan bentuknya.
Saya ingat betul, almarhumah mama akan memilih bagian kepala 3 atau 4 potong untuk beliau, lalu dada sebanyak 2 potong untuk saya dan kakak saya. Saya lupa papa saya sukanya bagian apa, mungkin paha. Setelah memilih dan meletakkan potongan daging di piring, penjual akan menggorengnya. Lalu dibungkus dan dinikmati saya sekeluarga dengan nasi hangat.
Nikmat!
Warung Bebek di Surabaya
Warung nasi bebek adalah
salah satu yang sangat banyak dijumpai di Surabaya selain warung penyetan (nasi
dan sambal pedas dengan aneka lauk pauk gorengan). Karena saya lama tinggal di
Surabaya, maka saya termasuk pencinta bebek goreng. Bisa dibilang dalam
seminggu minimal sekali menyantapnya.
Dulu, waktu saya tinggal
di daerah Manukan, Tandes, Surabaya, warung bebek yang terkenal macam Bebek
Bang Arif jaraknya hanya sekitar 400 meter dari tempat saya tinggal. Ada juga
warung bebek Bang Sori yang jaraknya hanya selemparan batu dari tempat saya
kerja. Ini warung favorit saya, dekat dengan SMP Brawijaya. Penjualnya orang
Madura dan saya sudah jadi langganan sejak rasanya masih biasa saja cenderung
sedikit amis waktu itu (tidak ada pilihan warung yang dekat) sampai
bertransformasi jadi enak banget. Dari penjualnya masih belum punya anak sampai
anaknya kelas 3 SD kalo tidak salah.
Di pagi hari pun penjual
nasi bebek sangat mudah ditemukan. Satu yang laris manis adalah di dekat masjid
dekat UFO Supermarket atau yang sekarang jadi Superindo. Bebeknya murah, buka
jualan jam 7 pagi dengan gerobak beroda. Malam hari malah makin banyak penjual
bebek di sepanjang jalan Manukan Dalam, Manukan Tama, Manukan Krajan, Manukan
Tengah dan lainnya.
Warung bebek Madura mana
yang terkenal di Surabaya? Banyak pilihan tergantung selera. Sudah banyak
warung yang diulas para travel blogger dan food vlogger, mulai dari
Bebek Tugu Pahlawan, Bebek Cak Yudi, Bebek Karang Empat dan aneka bebek
lainnya. Semuanya punya ciri khas dan sangat mouthwatering kalo
dibahas satu-satu.
Warung Bebek Madura dan Lamongan
Sepemahaman saya, warung
bebek yang enak dan laris manis biasanya dikelola oleh orang dari Madura atau
Lamongan. Untuk urusan kuliner wah, kedua daerah ini menghasilkan banyak sekali
penjual makanan yang enak-enak masakannya.
Dulu di Mojokerto, rumah
orang tua saya, tetangga pas sebelah rumah juga orang asli Lamongan. Berjualan
soto ayam dan nasi bebek. Aduhai sedap nian rasanya. Cita rasa sambal dan cara
mengolah bebeknya jempolan, antianyir dan gurih enak. Saya pribadi menyimpulkan
penjual bebek yang enak adalah orang Madura dan di urutan kedua nasi bebeknya
penjual dari Lamongan.
Perbedaan sajian nasi
bebek kedua warung ini pun berbeda. Nasi bebek madura selalu disajikan dengan
bumbu bebek kehitaman. Jadi sambalnya biasanya dua jenis yaitu sambal cabai
merah dan bumbu hitam plus serundeng kelapa.
Untuk nasi bebek
Lamongan biasanya hanya disajikan dengan sambal cabai saja tanpa bumbu hitam
dan serundeng. Pengganti bumbu hitam biasanya bumbu kuning yang gurih.
Wah...makin ngiler saja nih Sahabat.
Hilangnya Bebek Madura Sedap di Malang
Ketika menikah dan
pindah ke Lawang, Kab. Malang mulailah krisis bebek goreng dalam menu makan
saya. Warung bebek goreng a la Madura ada 2 dan keduanya diberi merk Bebek Goreng
Purnama yang rasanya jauh sekali dibanding bebek yang menurut saya biasa saja
di Surabaya.
Kunci nasi bebek menurut
saya ada di sambalnya. Sejauh ini kalo ungkepan bebek yaaa walau a la kadarnya
jika sambalnya oke maka nilai masih 7,5. Tapi jika sambal rasa biasa, bumbu
hitam tak gurih, serundeng pelengkap tak ada, atau kalopun ada rasanya hambar
maka maaf saja skor 5 dari saya.
Catatan saya tentang
nasi bebek di Lawang juga buruk. Pertama kali beli di dekat RSUD Lawang.
Harganya membuat saya "kenyang". Tanpa nasi seporsinya 20 ribu. Saya
semaoat berpikir mungkin salah hitung, tapi jelas-jelas penjualnya menyebut
bebek dua porsi. Padahal harga di Manukan saat itu masih sekitar 14ribu.
Kedua warung nasi bebek
merk Purnama harganya sekitar 15-16ribu saat itu, sekitar tahun 2018-2019. Saya
jarang membeli. Mungkin 2 atau 3 bulan sekali atau dua kali. Hebatnya, semua
warung bebek di Lawang dan Singosari yang bertebaran di jalan utama selalu
merknya Bebek Purnama Cabang Surabaya. Saya sendiri kurang tahu di mana di
Surabaya ada warung bebek Purnama. Hasil Googling bebek Purnama asli di daerah
Dinoyo, tapi saya kurang mengenalnya. Teman-teman pun tidak ada yang
merekomendasikannya. Setahu saya yang terkenal adalah Bebek Cak Yudi, Bebek
Tugu Pahlawan, Bebek Kayu Tangan, Bebek Karang Empat, Bebek Palupi, Bebek
Papin, Bebek Pak Qomar dan banyak lainnya. Dari yang saya sebut ini hanya Bebek
Palupi dan Bebek Papin yang belum pernah saya coba.
Jika bosan dengan yang
sudah pernah dicoba, atau malas membeli karena jarak, maka banyak bebek gerobak
sepeda yang bisa dibeli. Penyetan tempe, tahu, telurnya juga biasanya lumayan
lah (walau minyaknya hitam.hiks). Tapi di Lawang, waduh warung penyetan, di
sini disebut lalapan, saja susah dicari apalagi warung nasi bebek. Nasib...yaaa
nasib....
Ngidam Bebek Goreng
Minggu lalu saya ngidam
bebek goreng. Pokoknya pengen makan malam dengan bebek. Hasil pencarian se
kecamatan tidak membuahkan hasil. Entah mengapa semua cabang Purnama (yang
mengaku cabang bebek Purnama Surabaya), tutup. Warung lain, bahkan semacam
lalapan pun bersih dari jalanan. Bisa jadi efek PPKM Darurat. Akhirnya saya
kembali ke arah rumah, dan Alhamdulillah menemukan warung lalapan yang menjual
belut, bebek dan ayam bakar.
Bebek ada, sambal pedas,
harga tanpa nasi 16ribu. Ukuran bebek tidak terlalu besar, penyajian untuk
dibungkus lumayan, lalapan mentimun, kacang panjang, kubis. dan daun kemangi
fresh yaa lumayanlah untuk obat kangen. Layaknya orang ngidam, saya habiskan
sisa nasi di dandang untuk sepotong bebek goreng tersebut. MasyaAllah nikmatnya.
Jikalau pengen dan keturutan, segala sesuatunya menjadi indah.
Dalam perjalanan
pencarian bebek bersama suami, saya terheran-heran mengapa makanan ini tidak
populer di Lawang dan sekitarnya. Menu sambelan macam sego sambel, tempe penyet
dan sejenisnya pun hampir tidak ada. Seentara di Surabaya, nasi dan sambel
dengan aneka lauk seperti makanan wajib. Pagi, siang, sore, sampai larut malam
disantap oleh berbahai usia.
Bahkan di Lawang, bebek
umumnya dimasak rica-rica. Menu yang sangat tidak "njawani". Saya
malah beberapa kali menemukan penjual bebek rica-rica di Lawang. Wah,
benar-benar jarak 1,5 jam dari Surabaya sudah mengubah peta keanekaragaman
kuliner.
Kabari saya di kolom
komentar jika Sahabat punya rekomendasi warung nasi bebek yang aduhai nikmatnya
di kota tempat Sahabat tinggal ya? Siapa tahu suatu saat saya bisa mencicipi
cita rasa nasi bebek yang yummy dari kota Sahabat. Atau
pilihan lainnya saya harus wisata Madura langsung? Dijamin dapat nasi
bebek yang otentik nih.
2 Comments
Mungkin krn orang seneng yg pedes2 kali yah, makanya dibikin dengan bumbu rica2. Padahal sambel kan gak rica2 ajah...
ReplyDeleteNgidam bebek sinjay, dan Benk goreng lainnya juga suka. Yg penting bumbunya gak amis,
ReplyDelete